Goresan Tinta Kami


Remaja Indonesia kok “BuBer” ?
Karya : Yumico Rusli
Dibuat pada 17 November 2010, Lomba menulis jurnalistik dari Harian Rakyat Bengkulu

            Hmm… akhir – akhir ini banyak sekali kejadian – kejadian penting di Negara kita, nih ! Nah, kamu – kamu pada tau gx ? Wah, kalau kalian ngak tau, itu namanya kalian menderita “Buber”. Apasih “BuBer” ? “Buber” merupakan singkatan dari Buta Berita. Nah loh, kamu penderita “Buber” gx yah ? Yap, baru – baru ini Indonesia sedang dilanda oleh banyak kejadian – kejadian penting, bahkan tragis. Di antaranya banjir di Wasior, bencana gempa di Kep. Mentawai, disusul lagi oleh bencana gunung Merapi yang meletus di Jogjakarta, lalu ada lagi banjir yang melanda ibu kota, kedatangan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ke Jakarta, dan yang lagi santer terdengar adalah kasusnya Om Gayus Tambunan, yang terlihat sedang menonton pertandingan tenis di Denpasar. Hayooo… kalian tahu enggak semua berita – berita itu ? Jangan sampai enggak tau donk,Sob ! Malu uey… hehehe…
            Di era serba instant ini, kebutuhan memperoleh berita sebenarnya semakin mudah. Enggak kayak dulu, kalau berita itu bisa kita dapetin hanya dari Koran yang terbitnya setiap pagi, atau yang harus kita denger dari radio, ataupun nonton dari TV. Sekarang kita udah kenal sama internet, n’ internet itu bisa diakses di mana aja, menggunakan ponsel dan smartphone. Internet yang penggunanya terus bertambah dari waktu ke waktu, adalah salah satu sumber berita tercepat yang kita punya. Karena setiap menit website – website yang menyediakan beragam berita itu, terus diupdate.
            Tapi setelah di telusuri, temen – temen kita pengguna internet, sebagian besar bukan buat mencari informasi atau berita - berita terbaru. Melainkan malah membuka Facebook (FB pasti donk… secara Indonesia peringkat ke 3, pengguna FB sedunia hahaha…), Twitter, Youtube, Game Online, ampe – ampe ke situs yang ehem ehem… So, dari mana yah mereka bisa tau info – info terbaru ? Nah, itu dia… banyak dari temen – temen kita tau tentang adanya info atau berita terbaru, bukan dari sumber  beritanya langsung, melainkan dari mulut ke mulut ataupun status Facebook, Twitter, dan yang sejenisnya. Saat menonton TV banyak juga, temen – temen kita lebih senang menonton acara hiburan, daripada berita. Padahal menurut mereka berita itu penting. Penting  buat sumber cari tugas sekolah kali yah ? Hahaha… Padahal kalau kita hanya mengetahui sebuah peristiwa yang sumbernya dari mulut ke mulut atau status di situs pertemanan, itu enggak akurat, Sob.Takutnya berita itu ada yang di tambah – tambahin, biar kesannya bikin seru, heboh gituu.. ataupun dikurang – kurangin.
            Telusur punya telusur, ternyata banyak dari teman kita, memang kurang berminat untuk membaca atau menyaksikan berita. Menurut beberapa dari mereka bahwa kalo kita baca koran, dah kayak orang tua, ada juga yang berpendapat bahwa kalau berita itu emang tidak terlalu penting & terlalu berpengaruh sama kehidupan remaja. Biasanya para remaja membuka surat kabar, hanya untuk melihat rubrik – rubrik yang membahas tentang remaja.Sedangkan menurut para orang tua, berita – berita yang dimuat pada berbagai media cetak maupun elektronik, merupakan salah satu sumber inspirasi pokok untuk menjalankan akivitas sehari – hari. Mereka berpendapat bahwa dari beritalah pengetahuan masyrakat bisa menjadi lebih pintar. Ditambahkan bahwa berita – berita itupun sangat penting kalau dikonsumsi oleh para remaja saat ini. Mereka berharap, para remaja bisa belajar dan memetik hikmah dari berita – berita yang ada. 
            Nah Sob, jangan mau donk jadi orang yang “BuBer”. Bisa – bisa kamu jadi orang yang heboh sendiri pas ngedenger suatu berita, yang tau – taunya tuh berita dah heboh dari dulu – dulu. Hahaha… gk banget  ! So, buang jauh – jauh sikap acuh kita. Jangan anggap remeh sebuah berita. Karena dari sebuah berita yang kita saksikan atau dengar dari radio, ataupun yang kita baca di media cetak, banyak pengetahuan dan pengalaman yang bisa kita peroleh.


Jiwa Berapi 
karya: Yosephina Indah

Desiran air menghantam wajah yang lugu 
Terangnya langit dikalbu membuat beku 
Dinginnya bulan menusuk salju 
Demi sebuah kata yang syahdu 

Detik waktu entah kemana 
Tak mengerti arti detaknya 
Yang ada hanya secangkir kopi sastra 
Untuk sekedar menemani bercerita 

Merobek cakrawala meraih mimpi 
Untuk sebuah kotak tak bernyali 
Hanya mata, telinga, dan kaki yang titis 
Yang akan bertekun sebagai JURNALIS! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar